Banyak dari kalian mungkin mengenal Korea Selatan dengan drama maupun K-pop. Lebih dari itu, Korea Selatan memiliki banyak bangunan megah dengan arsitektur kontemporer. Apabila kalian mengamati lebih detail pada beberapa bagian adegan drama Korea, sistem tata kota yang diterapkan cukup menarik. Ini termasuk pada bangunan-bangunan yang berdiri hingga saat ini.
Meskipun urbanisasi di Korea Selatan baru berumur 126 tahun, Korea telah berhasil menciptakan lanskap kota yang mempesona dan menarik ribuang pelancong dari seluruh dunia. Hal ini karena adanya harmoni antara arsitektur tradisional dan kontemporer yang terus diperkenalkan hingga saat ini.
Baca Juga: Tren Desain Interior Dapur dalam Konsep Hunian Minimalis
Berikut adalah beberapa bangunan kontemporer di Korea Selatan yang patut kalian kunjungi.
Katedral Anglikan Seoul

Gereja ini terletak di sebelah Istana Deoksugung yang merupakan salah satu dari lima istana kerajaan yang tersisa di Seoul. Bangunan ini menampilkan aura yang cukup mencolok namun menyatu dengan han-ok yang hanya berjarak satu jalan.
Katedral ini dibangun pada tahun 1926 dan dirancang oleh arsitek Inggris Arthur Dixon. Pada mulanya, gereja ini akan dibangun dengan menerapkan gaya Gotik yang dilengkapi dengan menara yang menjulang tinggi sesuai permintaan Mark Trollope— uskup keuskupan Korea pada saat itu.
Akan tetapi, Dixon bersikeras untuk membangunnya dengan gaya Romawi. Sang desainer juga menggabungkan teknik bangunan tradisional Korea sehingga tetap selaras dengan lingkungan sekitarnya.
Museum Sejarah Kuil Seosomun

Museum ini berbentuk seperti rumah satu lantai yang dibangun dengan menggunakan material batu bata berwarna merah cerah. Tampak luar, bangunan ini memiliki gaya minimalis. Namun, ketika kalian masuk lebih dalam maka akan tampak kemegahan bangunan serta struktur di bawah tanah.
Seosomun sendiri merupakan area di mana eksekusi publik selama Dinasti Joseon. Pada masa itu, menerapkan kepercayaan Neo-Konfusianisme, umat Katolik yang tidak melakukan upacara leluhur dianggap sebagai pendosa dan tidak dapat dimanfaatkan.
Dengan demikian, ribuan umat Katolik dieksekusi di Seosomun. Untuk mengenang kematian mereka yang tragis, dibangunlah Museum ini pada tahun 2019 sebagai bentuk peringatan tragedi kehilangan nyawa karena praktik diskriminatif pada era Dinasi Joseon.
Museum ini dirancang oleh seorang Profesor Universitas Chung Ang, Yoon Seung-hyun dan arsitek Lee Gyu-sang. Keduanya telah merubah ruang bawah tanah menjadi ruang yang indah untuk pameran, dan menemukan cara untuk menghadirkan pencahayaan alami ke dalamnya.
Baca Juga: Tips Memilih Cafe/Co-Working Space di Yogyakarta

Bagian paling menarik dari museum ini adalah Consolation Hall dan Sky Square karena tata letaknya yang unik menawarkan pengalaman mediatif kepada para pengunjung. Ini memungkinkan pengunjung untuk merenungkan kematian para martir dengan cara yang lebih menyentuh.
Pada Aula Penghiburan, sebagian langit-langit telah diturunkan menjadi bentuk kubus dan menghalangi pandangan tentang apa yang ada di dalamnya sehingga menciptakan perasaan sesak dan tertekan. Ketika kalian memasuki layar besar dan beberapa bangku muncul sehingga pengunjung dapat melakukan meditasi sejenak.
Sky Square merupakan ruang terbuka di sebelah Consolation Hall yang dibangun tanpa langitlangit. Dengan begitu, dinding bata merah terbuka ke langit biru dan memungkinkan pengunjuk menikmati cahaya secara alami. Ruangan ini menciptakan suasana kontras yang bermakna pembebasan. Perubahan suasana yang difasilitasi oleh desain di berbagai area di dalam museum memungkinkan pengunjung untuk memahami bagaimana elemen arsitektur dan visual dapat memiliki efek yang kuat terhadap emosi seseorang.
Museum Seni Mimesis

Bangunan ini terletak di Kota Paju yang sebagian besar bangunannya bertingkat rendah. Meskipun museum ini memiliki tingkat rendah, namun struktur betonnya cukup dinamis sehingga membuat museum menjadi lebih menarik dan unik dibandingkan lanskap arsitektural lainnya.
Dirancang oleh seorang arsitek Portugis, Alvaro Siza pada tahun 1992, bangunan ini berdiri dengan bentuk fasad maupn detail yang menarik. Fasad bangunan memiliki lekukan halus dan organik dengan warna putih bersih. Bentuknya menyerupai sepasang sayap yang anggun dan menyambut kedatangan para pengunjung.
Struktur beton yang unik ini dapat memiliki tampilan yang bervariasi apabila dilihat dari sudut yang berbeda. Hal ini memicu imajinasi pengunjung ketika mencoba menebak apa yang ingin ditampilkan oleh sang desainer, Arsitektur Korea Selatan Kontemporer.
Selaras dengan karya Siza lainnya, Mimesis menampilkan bangunan dengan estetika yang minimalis. Karyanya tampak seperti kanvas kosong yang memungkinkan pengunjung menginterpretasikan sendiri tentang bangunan tersebut.
Baca Juga: Tempat Nongkrong dengan Interior Memphis – Oma Cafe
Area tengah langit-langit museum berbentuk lengkung dan cekung dibandingkan dengan permukaan lainnya. Elemen ini memainkan peran penting dalam mengumpulkan sinar matahari dan membiarkannya menyebar dengan lembut ke ruang pameran.
Sumber:
https://annals.yonsei.ac.kr/news/articleView.html?idxno=10888