Young Architects Exhibition 2023 akan berlangsung selama empat hari dengan beberapa rangkaian acara seperti pameran, sharing session, dan juga presentasi karya.
Grand Opening YAX 2023

Dibuka oleh Barito Adi selaku Ketua IAI DIY pada hari Kamis, 9 Maret 2023. Pembukaan YAX dilaksanakan di Pendopo Ajiyasa, JNM Bloc, Yogyakarta.
Baca juga: Rangkaian Acara Central Java Archibition oleh IAI Surakarta
Selanjutnya, pembukaan YAX 2023 dilakukan oleh Jacob Sura pelaku pengelola JNM Bloc. Beliau menggali lagi tujuan awal didirikan area komunal seperti JNM Bloc yang berakar pada place making dan adaptive reuse.

Sambutan terakhir dari Judy Pranata selaku Inisiator Yogyakarta Young Architects (YYAF). Beliau turut menghadirkan beberapa koordinator lain seperti Fransisca Anindya selaku koordinator acara YAX 2023.
Selanjutnya, pameran dibuka dengan pemotongan pita di depan gedung Ruang Pamer Lantai 3 JNM Bloc oleh Ketua IAI DIY.
Presentasi Karya
Sesi presentasi pertama dilakukan oleh Christian Panggih dari Kaki Mata Arsitek. Beliau mempresentasikan sebuah hunian yang terdiri dari penginapan dan juga tempat makan yang diberi nama Guru Giri.
Guru Giri hadir dengan harapan para desainer dan masyarakat dapat belajar dari site atau tapak yang diambil sebagai lokasi proyek. Hal tersebut dilakukan dengan melakukan pendekatan kepada alam.
Hunian yang dibuat tergolong simple dengan bentuk cabin. Di dalamnya tidak terlalu banyak detail, namun pengunjung dapat memperoleh ambience alam yang nyata dan utuh. Penghubung bangunan dengan alam juga dipresentasikan dengan implementasi kaca pada beberapa sisi bangunan. Dengan begitu, batas antara bangunan dan alam tidak terlalu jelas dan tidak tampak timpang.
Baca juga: Kunjungan Arsitek Muda Yogyakarta ke Bangunan Arsitektural Semarang
Sesi presentasi kedua adalah proyek Will House karya Ardie Prasetyo. Secara garis besar, beliau memaparkan terkait proses desain yang dilalui. Waktu pengerjaan desain dilakukan selama 2-3 bulan, dan merupakan waktu yang tergolong singkat.

Proyek yang bertempatan di Ulu Watu, Badung, Bali tersebut memilik kontur tanah yang menurun dengan perbedaan ketinggian 5m2. Sepanjang proses desain, desainer senantiasa menawarkan kemudahan maintanance dan juga menyeimbangkan antara keinginan klien dan juga fungsi dari ruangan.
Sharing Session
Di hari pertama, sharing session dilakukan oleh Andy Rahman yang merupakan seorang principal architect dari studio Andy Rahman Architect. Beliau memaparkan tentang manajemen biro. Dalam proses manajemen tersebut, perlu adanya balancing antara idealism dan juga business sehingga kepentingan setiap aktor di dalam biro dapat terpenuhi.
Proses untuk sampai ke titik saat ini tidak mudah, namun perlu adanya penemuan karakter desain, proses publikasi dan marketing, hingga after sell sebagai bentuk pelayanan maksimal kepada klien. Maka dari itu, sebuah biro hendaknya memperlakukan klien sebagai partner, bukan hanya sebagai ‘customer’ yang mendatangkan keuntungan.
Hal tersebut mengingat bobot keberhasilan sebuah desain hingga pembangunan 50% ada pada posisi pengawasan. Dengan begitu, karya dapat terbangun sesuai dengan desain karena proses perkembangan desain terus terjadi dengan menyesuaikan kebutuhan klien.
Baca juga: Mengapa Kamu Harus Menyewa Jasa Desain Rumah Profesional?

Antusiasme calon arsitek muda yang hadir di Pendopo Ajiyasa cukup tinggi. Beberapa pertanyaan menarik terlontar dan memperoleh tanggapan memuaskan dari Andy Rahman. “Saya melihat bahwa mahasiswa arsitektur di Yogyakarta ini memiliki semangat belajar yang tinggi. Harapannya, di masa depan mereka dapat melahirkan arsitektur-arsitektur khas yang mengusung ‘yogyakarta’ sehingga dapat memperkaya khasanah arsitektur Indonesia,” ungkap Andy Rahman ketika diinterview oleh tim Gravitarsi.